MAKALAH
METODE PEMBELAJARAN ORANG DEWASA
Disusun Oleh :
Embun Fajariyanto (4441122088)
Muhamad (4441122324)
Kelas
V C
JURUSAN
AGRIBISNIS
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
BANTEN
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan
Makalah Pendidikan Orang Dewasa, dengan judul “Metode Pembelajaran Orang
Dewasa”.
Shalawat serta salam semoga
selalu tercurah kepada junjungan kita semua yaitu Nabi Muhammad SAW kepada
keluarga, para sahabat, dan para umatnya hingga akhir zaman.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data
sekunder yang penulis peroleh dari berbagai refrensi, serta infomasi dari media
massa, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada dosen matakuliah
Pendidikan Orang Dewasa. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung
sehingga dapat diselesaikannya laporan ini.
Penulis harap, dengan membaca
makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah
wawasan kita mengenai sejarah penyuluhan di indonesia. Memang makalah ini masih
jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Serang,7 Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Salah satu aspek penting dalam pendidikan saat ini
yang perlu mendapat perhatian adalah mengenai konsep pendidikan untuk orang
dewasa. Tidak selamanya kita berbicara dan mengulas di seputar pendidikan murid
sekolah yang relatif berusia muda. Kenyataan di lapangan, bahwa tidak sedikit
orang dewasa yang harus mendapat pendidikan baik pendidikan informal maupun
nonformal, misalnya pendidikan dalam bentuk keterampilan, kursus-kursus,
penataran dan sebagainya. Masalah yang sering muncul adalah bagaimana kiat, dan
strategi membelajarkan orang dewasa yang notabene tidak menduduki bangku
sekolah. Dalam hal ini, orang dewasa sebagai siswa dalam kegiatan belajar tidak
dapat diperlakukan seperti anak-anak didik biasa yang sedang duduk di bangku
sekolah tradisional. Oleh sebab itu, harus dipahami bahwa, orang dewasa yang
tumbuh sebagai pribadi dan memiliki kematangan konsep diri bergerak dari
ketergantungan seperti yang terjadi pada masa kanak-kanak menuju ke arah
kemandirian atau pengarahan diri sendiri. Kematangan psikologi orang dewasa
sebagai pribadi yang mampu mengarahkan diri sendiri ini mendorong timbulnya
kebutuhan psikologi yang sangat dalam yaitu keinginan dipandang dan
diperlakukan orang lain sebagai pribadi yang mengarahkan dirinya sendiri, bukan
diarahkan, dipaksa dan dimanipulasi oleh orang lain. Dengan begitu apabila
orang dewasa menghadapi situasi yang tidak memungkinkan dirinya menjadi dirinya
sendiri maka dia akan merasa dirinya tertekan dan merasa tidak senang. Karena
orang dewasa bukan anak kecil, maka pendidikan bagi orang dewasa tidak dapat
disamakan dengan pendidikan anak sekolah. Perlu dipahami apa pendorong bagi
orang dewasa belajar, apa hambatan yang dialaminya, apa yang diharapkannya,
bagaimana ia dapat belajar paling baik dan sebagainya (Lunandi, 1987).
Pemahaman terhadap perkembangan kondisi psikologi orang dewasa tentu saja
mempunyai arti penting bagi para pendidik atau fasilitator dalam menghadapi
orang dewasa sebagai siswa. Berkembangnya pemahaman kondisi psikologi orang
dewasa semacam itu tumbuh dalam teori yang dikenal dengan nama andragogi.
Andragogi sebagai ilmu yang memiliki dimensi yang luas dan mendalam akan teori
belajar dan cara mengajar. Secara singkat teori ini memberikan dukungan dasar
yang esensial bagi kegiatan pembelajaran orang dewasa. Oleh sebab itu,
pendidikan atau usaha pembelajaran orang dewasa memerlukan pendekatan khusus
dan harus memiliki pegangan yang kuat akan konsep teori yang didasarkan pada
asumsi atau pemahaman orang dewasa sebagai siswa.
Kegiatan pendidikan baik melalui jalur sekolah
ataupun luar sekolah memiliki daerah dan kegiatan yang beraneka ragam.
Pendidikan orang dewasa terutama pendidikan masyarakat bersifat non formal
sebagian besar dari siswa atau pesertanya adalah orang dewasa, atau paling
tidak pemuda atau remaja. Oleh sebab itu, kegiatan pendidikan memerlukan
pendekatan tersendiri. Dengan menggunakan teori andragogi kegiatan atau usaha
pembelajaran orang dewasa dalam kerangka pembangunan atau realisasi pencapaian
cita-cita pendidikan seumur hidup dapat diperoleh dengan dukungan
konsep teoritik atau penggunaan teknologi yang dapat dipertanggung jawabkan.
Salah satu masalah dalam pengertian andragogi adalah pandangannya yang
mengemukakan bahwa tujuan pendidikan itu bersifat mentransmisikan pengetahuan.
Tetapi di lain pihak perubahan yang terjadi seperti inovasi dalam teknologi,
mobilisasi penduduk, perubahan sistem ekonomi, dan sejenisnya begitu cepat
terjadi. Dalam kondisi seperti ini, maka pengetahuan yang diperoleh seseorang
ketika ia berumur 21 tahun akan menjadi usang ketika ia berumur 40 tahun.
Apabila demikian halnya, maka pendidikan sebagai suatu proses transmisi
pengetahuan sudah tidak sesuai dengan kebutuhan modern (Arif, 1994).
Oleh karena itu,
tujuan dari kajian/tulisan ini adalah untuk mengkaji berbagai aspek yang
mungkin dilakukan dalam upaya membelajarkan orang dewasa (andragogi) sebagai
salah satu alternatif pemecahan kependidikan, sebab pendidikan sekarang ini
tidak lagi dirumuskan hanya sekedar sebagai upaya untuk mentransmisikan pengetahuan,
tetapi dirumuskan sebagai suatu proses pendidikan sepanjang hayat (long life
education).
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.
Mengetahui apa itu pendidikan orang
dewasa (Andragogy)
2.
Metode pembelajaran orang dewasa
3.
Model pembelajaran orang dewasa
1.3 TUJUAN
Tujuan dari
pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan menambah pengetahuan tentang
model pembelajaran apa saja yang sesuai untuk pembelajaran orang dewasa serta
metode apa saja yang bisa diterapkan bagi pembelajaran orang dewasa. Orang
dewasa juga memerlukan pembelajaran, agar orang dewasa tersebut tidak
ketinggalan jaman dan bisa meningkatkan kualitas hidupnya kearah yang lebih
maju.
Manfaat dari
makalah ini yaitu banyak sekali salah satunya yaitu bisa membantu orang dewasa
dalam memahami materi pembelajaran dan dapat mengajak orang dewasa untuk mau
belajar lagi, karena belajar mempunyai manfaat yang baik seperti bisa
meningkatkan kualitas hidup orang dewasa tersebut dan tidak ketinggalan jaman.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN ANRAGOGY
Andragogi
(andragogy) berasal dari kata Yunani “ aner” atau “andr”, berarti orang dewasa
dan agogi. Agogi (Agogy) berasal dari kata Yunani “Agogus” yang
berarti “memimpim/membimbing”. Agogi berarti “aktivitas memimpin/ membimbing”
atau “seni dan ilmu memimpin/membimbing”, atau “seni dan ilmu mempengaruhi
orang lain”. Pedagogi (pedagogy) berasal dari kata Yunani “Paid” (berati
anak) dan “Agogus” (berarti “memimpin”). Pedagogi berarti “seni dan ilmu
mengajar anak-anak”. John D. Ingalls memberi batasan pengertian andragogi
sebagai :Proses pendidikan membantu orang dewasa menemukan dan menggunakan
penemuan-penemuan dari bidang-bidang pengetahuan yang berhubungan dalam latar
sosial dan situasi pendidikan untuk mendorong pertumbuhan dan kesehatan
individu, organisasi, dan masyarakat. Menurut Knowles (1977:38), “ Andragogy
is therefore, the art and science of helping adults learn”. Andragogi
adalah suatu ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar. Dilihat dari
segi epistemologi, andragogi berasal dari bahasa Yunani dengan akar kata:”Aner”
yang artinya orang untuk membedakannya dengan “paed” yang artinya anak.
Knowles dalam bukunya “ The modern practice of Adult Education”,
mengatakan bahwa semula ia mendefinisikan andragogi sebagai seni dan ilmu
membantu orang dewasa belajar. Kemudian setelah melihat hasil eksperimen banyak
pendidik yang menerapkan konsep andragogi pada pendidikan anak-anak dan
menemukan bahwa dalam situasi-situasi tertentu memberikan hasil yang lebih
baik, Knowles melihat bahwa andragogi sebenarnya merupakan model asumsi yang
lain mengenai pembelajaran yang dapat digunakan di samping model asumsi
pedagogi. Ia juga mengatakan model-model itu berguna apabila tidak dilihat
sebagai dikhotomi, tetapi sebagai dua ujung dari suatu spektrum, dimana suatu
asumsi yang realistik pada situasi yang berada di antara dua ujung tersebut.
Knowles
menegaskan adanya perbedaan antara belajar bagi orang dewasa dengan belajar
anak-anak dilihat dari segi perkembangan kognitif mereka. Menurut Knowles dalam
WWW.DELIVERY.COM (2002) ada empat asumsi utama yang membedakan andragogi
dan pedagogi, yaitu:
a.
Perbedaan dalam
konsep diri, orang dewasa memiliki konsep diri yang mandiri dan tidak
bergantung bersifat pengarahan diri.
b.
Perbedaan
pengalaman, orang dewasa mengumpulkan pengalaman yang makin meluas, yang
menjadi sumber daya yang kaya dalam keaddan belajar.
c.
Kesiapan untuk
belajar, orang dewasa ingin mempelajari bidang permasalahan yang kini mereka
hadapi dan anggap relevan.
d. Perbedaan dalam orientasi ke arah kegiatan belajar,orang
dewasa orientasinya berpusat pada masalah dan kurang kemungkinannya berpusat
pada subyek.
Asumsi
asumsi pokok di atas menimbulkan berbagai implikasi yang berkaitan dengan
penerapan strategi pembelajaran. Secara umum strategi pembelajaran orang dewasa
lebih menekankan pada permasalahan yang dihadapi (problem centered
orientation). Knowles mengajukan asumsi bahwa orang dewasa dapat belajar.
Kalaupun ada orang dewasa yang mengeluh tidak dapat lagi belajar, orang dewasa
yang bersangkutan kurang percaya pada kemampuan dirinya untuk belajar. Menurut
hasil penelitian, kemampuan belajar bagi orang dewasa yang berkurang hanyalah
kecepatan belajarnya, bukan daya kecerdasannya. Kemunduran kecepatan belajar
tersebut ada kaitannya dengan pertambahan usia yang mengakibatkan beberapa
unsur fisiologis seperti ketajaman pendengaran dan penglihatan.
Empat
konsep yang membedakan pedagogi dan andragogi, menurut Malcolm Knowles :
Pedagogi
|
Andragogi
|
||
1.
|
Konsep
diri (self-cocept) Anak ialah pribadi yang tergantung. Hubungan
pelajar dengan pengajar merupakan hubungan yang bersifat pengarahan (a
directing relationship)
|
Si
pelajar bukan pribadi yang tergantung, tetapi pribadi yang telah masak secara
psikologis. Hubungan pelajar dengan pengajar merupakan hubungan saling
membantu yang timbal balik (a helping relationship)
|
|
2.
|
Pengalaman
Pengalaman pelajar masih sangat terbatas, karena itu dinilai kecil dalam
proses pendidikan. Komunikasi satu arah dari pendidik kepada pelajar.
|
Pengalaman
pelajar orang dewasa dinilai sebagai sumber belajar yang kaya. Multi
komunikasi oleh semua peserta, pengajar maupun pelajar.
|
|
3.
|
Kesiapan
belajar Pendidik menentukan apa yang akan dipelajari, bagaimana dan kapan
belajar.
|
Pelajar
menentukan apa yang mereka perlu pelajari berdasarkan pada persepsi mereka
sendiri terhadap tuntutan situasi sosial mereka
|
|
4.
|
Perspektif
waktu dan orientasi terhadap belajar. Diajarkan bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan di masa yad. Pendekatanya “subject centered”.
|
.
Belajar merupakan proses untuk penemuan
masalah dan pemecahan masalah pada saat itu juga. Pendekatanya “problem
centered”.
|
|
2.2 Metode pembelajaran orang dewasa
Dalam
pembelajaran orang dewasa banyak metode yang diterapkan. Untuk keberhasilan
pembelajaran semacam ini, apa pun metode yang diterapkan seharusnya
mempertimbangkan faktor sarana dan prasarana yang tersedia untuk mencapai
tujuan akhir pembelajaran, yaitu agar peserta didik dapat memiliki suatu
pengalaman belajar yang bermutu. Merupakan suatu kekeliruan besar jika dalam
hal ini, pembimbing secara kurang wajar menetapkan pemanfaatan metode hanya
karena faktor pertimbangannya sendiri, yaitu menggunakan metode yang
dianggapnya paling mudah, atau hanya disebabkan oleh keinginannya agar dikagumi
oleh peserta di kelas itu, ataupun mungkin ada kecenderungan hanya menguasai
satu metode tertentu saja (supriadi, 2006). Penetapan pemilihan metode yang
tepat seharusnya mempertimbangkan aspek tujuan yang ingin dicapai, yaitu
mengacu pada garis besar program pembelajaran yang dibagi menjadi dua jenis.
1. Proses
pembelajaran yang dirancang untuk mendorong orang dewasa mampu menata dan
mengisi pengalaman baru dengan berpedoman pada masa lalu yang pernah dialami.
Serta mampu memberi wawasan baru bagi masing-masing individu untuk dapat
memanfaatkan apa yang sudah diketahuinya. Contoh: latihan keterampilan melaui
tanya jawab, wawancara, konsultasi, latihan kepekaan, dan lain-lain,
2. Proses
pembelajaran yang dirsancang untuk meningkatkan transfer pengetahuan baru,
pengalaman baru, dan keterampilan baru sehingga dapat mendorong masing-masing
individu dewasa guna meraih semaksimal mungkin ilmu penetahuan yang
diinginkanya, apa yang menjadi kebutuhanya, serta keterampilan yang diperlukan.
Contoh: belajar dengan menggunakan program komputer yang dibutuhkan di tempat
mereka bekerja.
Metode
pembelajaran kuliah, seminar/diskusi/ presentasi, praktikum/ studi lapangan,
computer aidedlearning, dan belajar mandiri hasilnya akan kurang optimal jika
tidak berfokus pada kompetensi yang akan dicapai oleh peserta didik.
Unsur-unsur lain yang perlu diperhatikan dalam memilih metode pembelajaran
adalah sarana/prasarana, bahan kajian atau materi ajar, serta tingkat kemampuan
mahasiswa. Terdapat beragam model pembelajaran dengan pendekatan student centre
learning yang bisa diaplikasikan seperti small group discussion, role play and
simulation, case study, discovery learning (DL), self directed learning (SDL),
cooperative learning (CL), collaborative learning (CbL), contextual instruction
(CI), project based learning (PjBL), dan problem based learning (PBL).
Dalam
menetukan metode pembelajaran yang sesuai, maka perlu dilakukan kajian mendalam
terhadap kebutuhan peserta didik dengan mengintegrasikan konsep andragogi di
atas, berikut ini uraian ringkas beberapa ciri model pembelajaran di atas.
Model
Belajar
|
Hal yang
Dilakukan Peserta Didik
|
Hal yang
Dilakukan Pengajar
|
Small
Group Discussion
|
· Membentuk
kelompok (5-10 orang).
· Memilih
bahan diskusi.
· Mempresentasikan
makalah dan mendiskusikannya di kelas.
|
· Membuat
rancangan diskusi.
· Menjadi
moderator sekaligus mengulas hasil diskusi mahasiswa pada setiap akhir sesi.
|
Simulasi
|
· Mempelajari
dan menjalankan suatu peran yang ditugaskan kepadanya.
· Mempraktikkan/mencoba
berbagai model (komputer) yang telah disiapkan.
|
· Merancang
situasi/ kegiatan yang mirip dengan yang sesungguhnya, bisa berupa bermain
peran, model komputer, atau berbagai latihan simulasi.
· Membahas
kinerja mahasiswa
|
Discovery
learning
|
· Mencari,
mengumpulkan, dan menyusun, informasi yang ada untuk mendeskripsikan suatu
pengetahuan.
|
· Menyediakan
data atau petunjuk (metode) untuk menelusuri suatu pengetahuan yang harus
dipelajari oleh mahasiswa.
· Memeriksa
dan memberi ulasan terhadap hasil belajar mandiri mahasiswa.
|
Self-Direct
Learning
|
· Merencanakan
kegiatan belajar, melaksanakan, dan menilai pengalaman belajarnya sendiri.
|
· Sebagai
fasilitator.
|
Cooperative
learning
|
· Membahas
dan menyimpulkan masalah/ tugas yang diberikan dosen secara berkelompok.
|
· Merancang
dan memantau proses belajar dan hasil belajar kelompok mahasiswa.
· Menyiapkan
suatu masalah/kasus atau bentuk tugas untuk diselesaikan oleh mahasiswa
secara berkelompok.
|
Collaborative
Learning
|
· Bekerja
sama dengan anggota kelompoknya dalam mengerjakan tugas.
· Membuat
rancangan proses dan bentuk penilaian
berdasarkan konsensus kelompoknya sendiri.
|
· Merancang
tugas yang bersifat open ended
· Sebagai
fasilitator dan motivator.
|
Cotextual
Instruction
|
· Membahas
konsep (teori)berkaitan dengan situasi nyata.
· Melakukan
studi lapangan/terjun di dunia nyata untuk mempelajari kesesuaian teori.
|
· Menjelaskan
bahan kajian yang bersifat teori dan mengaitkanya dengan situasi nyata dalam
kehidupan sehari-hari, kerja profesional, manajerial, atau entrepreneurial.
· Menyusun
tugas untuk studi mahasiswa terjun ke lapangan.
|
Project
Based Learning
|
· Mengerjakan
tugas (berupa proyek) yang telah dirancang secara sistematis.
· Menunjukkan
kinerja dan mempertanggungjawabkan hasil kerjanya di forum.
|
· Merancag
suatu tugas (proyek) yang sistematis agar mahasiswa belajar pengetahuan dan
keterampilan melalui proses pencarian/ penggalian (inquiry) yang terstruktur
dan kompleks.
· Merumuskan
dan melakukan proses pembimbingan.
|
Problem
Based Learning
|
· Belajar
dengan menggali/ mencari informasi (inquiry) serta memanfaatkan informasi
tersebut untuk memecahkan masalah faktual atau yang dirancang oleh dosen.
|
· Merancang
tugas untuk mencapai komptensi tertentu.
· Membuat
petunjuk (metode) untuk mahasiswa dalam mencari pemecahan masalah yang
dipilih oleh mahasiswa sendiri atau yang diterapkan.
|
Agar
dapat memberikan pengajaran yang optimal, maka kita perlu memahami karakter
dari peserta didik dewasa seperti yang dijelaskan di bawah ini.
1.
Orang dewasa mempunyai pengalaman yang berbeda-beda.
2.
Orang dewasa lebih suka menerima saran daripada
digurui.
3.
Orang dewasa lebih memberikan perhatian pada hal-hal
yang menarik bagi mereka dan menjadi kebutuhanya.
4.
Orang dewasa lebih suka dihargai daripada diberi
hukuman atau disalahkan.
5.
Orang dewasa yang pernah mengalami putus sekolah,
mempunyai kecenderungan untuk menilai lebih rendah kemampuan belajarnya.
6.
Apa yang bisa dilakukan orang dewasa menunjukkan tahap
pemahamannya.
7.
Orang dewasa secara sengaja mengulang hal yang sama.
8.
Orang dewasa suka diperlakukan dengan kesungguhan
itikad yang baik, adil, dan masuk akal.
9.
Orang dewasa sudah belajar sejak kecil tentang cara
mengatur hidupnya, oleh karena itu, mereka lebih cenderung tidak mau bergantung
pada orang lain.
10.
Orang dewasa menyukai hal-hal yang praktis.
11.
Orang dewasa membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat
akrab dan menjalin hubungan dekat dengan teman baru.
Keberhasilan
andragogi juga ditentukan oleh kemampuan pengajar dalam menciptakan suasana
kelas yang kondusif. Keyakinan pengajar akan potensi manusia dan kemampuan
semua peserta didik untuk belajar dan berprestasi merupakan hal yang penting
yang perlu diperhatikan. Pengajar harus memahami bahwa perasaan dan sikap
peserta didik akan terlibat dan berpengaruh kuat pada proses belajarnya. Secara
umum karakteristik pengajar pada oarang dewasa diantaranya sebagai berikut.
1.
Menjadi bagian dari kelompok yang diajar.
2.
Mampu menciptakan iklim yang kondusif untuk belajar
mengajar.
3.
Mempunyai ras tanggung jawab yang tinggi, pengabdian,
dan idealisme untuk kerjanya.
4.
Menirukan/mempelajari kemampuan orang lain.
5.
Menyadari kelemahan, tingkat keterbukan, dan
kekuatannya. Mereka tahu bahwa kekuatan yang dimiliki dapat menjadi kelemahan
pada situasi tertentu.
6.
Dapat melihat permasalahan dan menetukan pemecahannya.
7.
Peka dan mengerti perasan orang lain melalui pengamatan.
8.
Mengetahui bagaimana menyakinkan dan memperlakukan
orang lain.
9.
Selalu optimis dan mempunyai itikad baik terhadap
orang lain.
10.
Menyadari bahwa “perannya bukan mengajar, tetapi
menciptakan iklim untuk belajar.”
11.
Menyadari bahwa segala sesuatu mempunyai segi positif
dan negatif.
2.3 Model Pembelajaran Orang Dewasa
Dalam
pembelajaran orang dewasa mengacu pada karakteristik yang melekat sebagai
pelajar. Berbagai model pembelajaran yang sesuai untuk digunakan, diantaranya
model pembelajaran:
2.3.1 Model Daur Pengalaman Berstruktur dan Analisis Peran,
Yaitu model
pembelajarn analisis dan partisipatif. Dengan beberapa tahap, yaitu pengenalan
dan penghayatan,mengungkapkan, pengolahan, hingga penyimpulan cara pemecahan
masalah, kebutuhan peningkatan mutu program, dan kemampuan menurut pelajar.
Merujuk pada
model pembelajaran ini untuk analisis peran peserta dapat menggunakan metode
ATMAP (Arah, Terapan, Masalah dan Peran). ATMAP yaitu upaya peningkatan
kemampuan analisis dan sekaligus penghayatan peserta terhadap perannya dalam
menyelenggarakan program dalam masyarakat. Aplikasinya berupa:
·
Arah program dan arah tugas
·
Terapan program dan tugas
·
Masalah terapan program dan terapan tugas
·
Alternatif Pemecahan masalah terapan Program dan
Terapan tugas
·
Peran petugas
2.3.2 Model Latihan Penyelidikan (Inquiry Training Model)
meliputi
lima fase yaitu :
·
Menghadapi pelajar untuk berkonfrontasi dengan situasi
teka teki .
·
Fase operasi pengumpulan data untuk verifikasi hakikat
objek. Kondisi, miliki dan situasi masalah yang dikumpulkan dari pelajar.
·
Operasi pengumpulan data untuk eksperimentasi meliputi
: mengisolasi variable dan kondisi melalui eksperimentasi, mengajukan hipotesis
untuk menguji hubungan kausal melalui eksperimen, dimulai dan melanjutkan
kegiatan sebelumnya. Mengajarkan bagaimana membuat perencanaan sistematis.
·
Mengumpulkan informasi dengan data dan menjelaskan
masalah yang ada dengan tepat.
·
Pengajar dan pelajar bekerjasama menganalisis setiap
strategi.
2.3.3 Model Advance Organizer,
yaitu
diberikan pengenalan materi terlebih dahulu sebelum memberikan tugas
pembelajaran yang tingkat abstraksinya lebih tinggi. Hal ini untuk menjelaskan,
mengintegrasikan dan menghubungkan materi dalam tugas pembelajaran dengan
materi yang telah dipelajari.
Advance Organizer umumnya
didasarkan pada konsep dan aturan disiplin. Dan dikaitkan dengan materi yang
bersifat actual (kurang abstrak) terlebih dahulu. Model ini juga digunakan
untuk menyiapkan perspektif baru.
Beberapa fase dalam penerapan Advance
Organizer, yaitu :
o
Penyajian advance organizer meliputi kegiatan :
§ Menjelaskn
tujuan pembelajaran
§ Menyajikan
model pembelajaran, mencakup : identifikasi batasan atribut, pemberian contoh,
dan menyediakan berbagai konteks.
o
Penyajian Materi tugas pelajaran :
§ Menyusun
urutan materi pelajaran
§ Memberikan
perhatian pada pelajar
§ Menyiapkan
bahan belajar yang bersifat eksplisit
o
Memperkuat organisasi kognitif
§ Menggunakan
prinsip-prinsip rekonsiliasi secara terintegrasi
§ Mengintensifkan
pembelajaran penerimaan aktif
§ Berpikir
kritis terhadap pengetahuan yang dipelajari.
2.3.4 Pemerolehan Konsep
Yaitu model pembelajaran mencakup
penganalisaan proses berpikir dan diskusi mengenai atribut perolehan
konsep.
berikut adalah gambar perbedaan
pembelajaran pedagogy dan andragogy
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Strategi
pembelajaran dapat ditinjau dari ilmu, seni dan keterampilan yang digunakan
pendidik dalam membantu (memotivasi, membimbing, membelajarkan dan
memfasilitasi) peserta didik dalam belajar. Di samping itu strategi pembelajar
dapat dimaknai sebagai prosedur pembelajaran dalam mengelola secara sistematis
kegiatan pembelajaran dari beberapa komponen pembelajaran (materi pembelajaran,
peserta didik, waktu, alat, bahan, metode pembelajaran, sistem evaluasi) dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi pembelajaran orang dewasa
(andragogi) merupakan prosedur yang dilakukan dalam membantu orang dewasa dalam
belajar. Dalam belajar, orang dewasa telah memiliki konsep diri yang harus
dihargai, memiliki pengalaman yang dapat dijadikan sumber belajar, orientasi
belajar diarahkan pada upaya pemenuhan kebutuhan dan peningkatan peran dan
status sosial dalam masyarakat.
DAFTARA PUSTAKA
Atwi
Suparman. 1996. Desain Instruksional. Jakarta:PAU-PPAI Universitas
Terbuka
Sudjana.
2005. Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah Production
0 komentar:
Posting Komentar