Senin, 27 April 2015

HUJAN MENGGUYUR CIUJUNG MELUAP

Hujan deras yang menguyur kabupaten lebak dalam beberapa hari ini menyebabkan debit air sungai ciujung meluap, warga yang tinggal di dekat bantaran sungai ciujung mulai merasa cemas. jika hujan deras tetap turun dalam beberapa hari kedepan maka dapat dipastikan luapan sunyai ciujung akan menggenangi jalan raya yang menghubungkan Rangkasbitung dengan Malimping.

Senin, 06 April 2015

Masa Depan Pangan Indonesia Ada di Sagu dan Singkong

Feby Dwi Sutianto - detikfinance Jakarta -Lembaga pangan dan pertanian dunia yang berada di bawah Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Food and Agriculture Organization (FAO) mengungkapkan masa depan pangan Indonesia ada di sagu dan singkong. Saat ini, pangan pokok di Indonesia masih mengandalkan beras. Cadangan sagu dan singkong di Indonesia sangat besar. Sagu dan singkong bisa menjadi tumpuan atau pilihan makanan berkarbohidrat pengganti nasi di masa mendatang. "Untuk masa depan, pangan di Indonesia salah satunya sagu dan singkong," kata Assistant FAO Representative Indonesia Ageng Setiawan Herianto saat diskusi di Menara Thamrin, Jakarta, Rabu (1/4/2015). Kedua jenis makan tersebut saat ini masih dianggap sebagai makanan kelas bawah atau bukan makanan utama. Sehingga minat masyarakat mengkonsumsi sagu dan singkong sebagai bahan pokok masih rendah. "Kalau bisa dimanfaatkan dan dinaikkan prestige, yakni makan sagu sagu dan singkong bukan makanan orang pinggiran maka orang akan geser untuk mengkonsumsi," ujarnya. Fakta saat ini, Indonesia merupakan lumbung sagu terbesar di dunia. Namun sayangnya negara tetangga yang justru memanfaatkan potensi sagu di Indonesia. Sagu juga masih dimanfaatkan bukan sebagai bahan pangan tetapi untuk kebutuhan industri seperti bahan baku lem. Potensi lahan sagu Indonesia mencapai 1,2 juta hektar. "Kita area sagu terbesar di dunia," sebutnya. Khusus singkong, produksi singkong Indonesia masih kalah daripada Thailand bahkan Indonesia masih mengimpor singkong. Tanaman singkong masih dianggap sebagai produk pertanian alternatif. "Thailand berhasil atur sistem penanaman, mereka berhasil tanam. Sedangkan kita masih tradisional dan dianggap sebagai tanaman sampingan," ujarnya

Selasa, 31 Maret 2015

PENGENDALIAN HAMA WERENG COKLAT

Pengendalian hama wereng coklat secara terpadu dengan konsep PHT Hama Wereng Coklat Wereng coklat (Nilaparvata lugens) sampai saat ini masih dianggap sebagai hama utama pada pertanaman padi karena kerusakan yang diakibatkan cukup luas dan hampir terjadi pada setiap musim pertanaman. Penggunaan pestisida yang melanggar kaidah-kaidah PHT (tepat jenis, tepat dosis dan tepat waktu aplikasi) turut memicu ledakan wereng coklat. Hal ini juga merupakan konsekuensi dari penerapan sistem intensifikasi padi (varietas unggul, pemupukan N dosis tinggi, penerapan IP >200 dan sebagainya). Tergantung pada tingkat kerusakan, serangan wereng coklat dapat meningkatkan kerugian hasil padi dari hanya beberapa kuintal gabah sampai puso. Kerusakan yang disebabkan dapat terjadi secara langsung maupun secara tidak langsung. Secara langsung karena kemampuan serangga wereng coklat menghisap cairan jaringan tanaman padi sehingga tanaman menjadi kering dan akhirnya mati. Secara tidak langsung karena serangga wereng coklat dapat menjadi vektor virus penyakit kerdil rumput dan kerdil hampa. Dengan menghisap cairan dari dalam jaringan pengangkut tanaman padi wereng coklat dapat menimbulkan kerusakan ringan sampai berat pada hampir semua fase tumbuh sejak fase bibit, anakan, sampai fase masak susu (pengisian). Gejala yang tampak dari serangan wereng coklat dapat terlihat dari daun yang menguning kemudian tanaman mengering dengan cepat (seperti terbakar). Gejala ini dikenal dengan istilah hopperbum. Dalam suatu hamparan gejala hopperbum terlihat sebagai bentuk lingkaran yang menunjukkan pola penyebaran wereng coklat yang dimulai dari satu titik kemudian menyebar ke segala arah dalam bentuk lingkaran. Dalam keadaan seperti ini populasi wereng coklat biasanya sudah sangat tinggi. Langkah-langkah pencegahan hama wereng coklatsecara umum dapat dilakukan dengan cara menggunakan variatas tahan, penanaman padi serempak dengan jarak tanam yang tidak terlalu rapat, pergiliran varietas dan pengendalian dengan insektisida. Namun dengan melihat gejala kerusakan yang diakibatkan pada tanaman padi dipetakan sawah yang dapat mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit, maka pemberantasan hama ini perlu dilakukan dengan cara preventif, kuratif dan represif. 1. TINDAKAN PREVENTIF Tindakan preventif bersifat pencegahan dengan cara melakukan pengamatan di lahan pertanaman padi. Tindakan ini dapat dilakukan dengan cara : a. Tanam Padi Serempak Pola tanam serempak dalam areal yang luas dan tidak dibatasi oleh batas administrasi dapat mengantisipasi penyebaran serangan wereng coklat karena jika tidak serempak hama dapat berpindah-pindah ke lahan padi yang belum panen. Wereng coklat terbang bermigrasi tidak dapat dihalangi oleh sungai atau lautan. b. Pengamatan Wereng Coklat Pengamatan atau monitoring wereng coklat setiap 1 – 2 minggu sekali. Jika terdapat serumpun daun padi layu lakukan pemeriksaan dengan teliti. Apabila ditemukan seekor wereng dirumpun padi segera bunuh/musnahkan dan periksa telur-telurnya di daun lalu daun tersebut dicabut dan dibakar. Apabila pengamatan wereng coklat per rumpun melebihi ambang ekonomi maka segera dilakukan pengendalian dengan insektisida. c. Perangkap Lampu Perangkap lampu merupakan perangkap yang paling umum digunakan untuk pemantauan migrasi dan pendugaan populasi serangga yang tertarik pada cahaya khususnya wereng coklat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan perangkap lampu antara lain ; kekontrasan lampu yang digunakan (semakin kontras cahaya lampu yang digunakan maka akan semakin luas jangkauan tangkapannya), kemampuan serangga untuk menghindari lampu perangkap yang dipasang dan intensitas cahaya (pada umumnya seranga cenderung tertarik pada cahaya dengan intensitas tinggi). Perangkap lampu dipasang pada pematang (tempat) yang bebas dari naungan dengan ketinggian sekitar 1,5 meter di atas permukaan tanah. Lampu yang digunakan adalah lampu pijar 40 watt dengan voltage 220 volt. Lampu dinyalakan pada jam 18.00 dan dimatikan pada jam 06.00. Agar serangga yang tertangkap tidak terbang lagi maka pada penampung serangga yang berisi air ditambahkan sedikit deterjen. Langkah yang diambil setelah ada wereng pada perangkap lampu yaitu ; wereng yang tertangkap dikubur, keringkan pertanaman padi sampai retak dan segera setelah dikeringkan kendalikan wereng pada tanaman padi dengan insektisida yang direkomendasikan (tidakan kuratif). 2. TINDAKAN KURATIF Tindakan kuratif adalah tindakan pengendalian hama wereng coklat dengan cara menggunakan insektisida yang direkomendasikan. Tindakan ini bukan merupakan langkah pencegahan lagi tetapi merupakan langkah pembasmian. Langkah ini bisa dilakukan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif buprofen, BPMC, fipronil, amitraz, bupofresin, karbofuran, karbosulfan, metalkarb, MIPCI, propoksur atau liarnetoksan dan imidakloprid. Penggunaan insektisida berbentuk serbuk/butiran (misal : furadan, basudin, diazinon) dilakukan dengan menaburkan diantara larikan petak sawah 3 atau 4 minggu sekali. Penyemprotan insektisida cair dilakukan seminggu sekali atau maksimal 10 hari sekali. Semua penggunaan insektisida harus memperhatikan aturan dosis dan pakai yang tertera pada setiap produk yang digunakan. Perkembangan wereng coklat pada pertanaman padi terbagi menjadi empat generasi yaitu ; generasi 0 (G0) = umur padi 0 – 20 HST, Generasi 1 (G1) = umur padi 20 – 30 HST (wereng akan menjadi imago wereng coklat generasi ke-1), generasi 2 (G2) = umur padi 30 – 60 HST (wereng akan menjadi imago wereng coklat generasi ke-2), dan generasi 3 (G3) = umur tanaman padi di atas 60 HST. Pengendalian wereng yang baik dilakukan pada saat generasi nol (G0) dan generasi 1 (G1) dengan mengunakan insektisida berbahan aktif seperti disebutkan di atas. Pengendalian saat generasi 3 (G3) atau puso tidak akan berhasil. Penggunaan insektisida juga harus memperhatikan faktor-faktor ; tepat dosis dan jenis yaitu berbahan aktif seperti disebutkan di atas, tepat air pelarut 400 – 500 liter air/ha, aplikasi insektisida dilakukan saat air embun tidak ada antara pukul 08.00 – 11.00 dilanjutkan sore hari, insektisida harus sampai pada batang padi. Dan tidak kalah pentingnya adalah keringkan pertanaman padi sebelum aplikasi insektisida baik yang berupa semprotan maupun butiran. 3. TINDAKAN REPRESIF Tindakan ini dilakukan jika hama wereng sudah merupakan kejadian luar biasa di mana dalam satu wilayah petakan/hamparan hama ini sudah mengakibatkan kerusakan secara masal. Tindakan yang dapat dilakukan diantaranya adalah ; pengeringan petakan sawah, pencabutan dan pembakaran seluruh tanaman, memilih varietas unggul baru yang lebih tahan serangan wereng dan melakukan pergiliran atau rotasi tanaman (padi-palawija). Daerah-daerah endemik wereng coklat biotipe 1 dapat menanam varietas membrano, widas dan cimalati. Untuk biotipe 2 dan 3 dapat menanam varietas membrano, cigeulis dan ciapus. Dengan langkah-langkah di atas diharapkan serangan hama wereng coklat dapat ditekan dan tidak menyebabkan kerugian yang semakin besar seperti yang sudah pernah terjadi. Peran aktif semua pihak juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengendalian hama wereng coklat ini. hama dan penyakit tanaman padi, hopperbum, insektisida wereng coklat, Nilaparvata lugens, pembasmian wereng coklat, pencegahan OPT tanaman padi, pengendalian hama dan penyakit, pengendalian wereng coklat, perangkap hama wereng, PHT Disusun dari berbagai sumber dan referensi Sumber gambar : http://surabaya.tribunnews.co

METODE PEMBELAJARAN ORANG DEWASA



MAKALAH
METODE PEMBELAJARAN ORANG DEWASA



Disusun Oleh :
Embun Fajariyanto (4441122088)
Muhamad (4441122324)


Kelas V C

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
BANTEN
2014


KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan Makalah Pendidikan Orang Dewasa, dengan judul “Metode Pembelajaran Orang Dewasa”.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita semua yaitu Nabi Muhammad SAW kepada keluarga, para sahabat, dan para umatnya hingga akhir zaman.
Makalah  ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari berbagai refrensi, serta infomasi dari media massa, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada dosen matakuliah Pendidikan Orang Dewasa. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya laporan ini.
Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai sejarah penyuluhan di indonesia. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.


Serang,7 Oktober 2014


                         Penulis



DAFTAR ISI







BAB I

PENDAHULUAN


1.1 LATAR BELAKANG

Salah satu aspek penting dalam pendidikan saat ini yang perlu mendapat perhatian adalah mengenai konsep pendidikan untuk orang dewasa. Tidak selamanya kita berbicara dan mengulas di seputar pendidikan murid sekolah yang relatif berusia muda. Kenyataan di lapangan, bahwa tidak sedikit orang dewasa yang harus mendapat pendidikan baik pendidikan informal maupun nonformal, misalnya pendidikan dalam bentuk keterampilan, kursus-kursus, penataran dan sebagainya. Masalah yang sering muncul adalah bagaimana kiat, dan strategi membelajarkan orang dewasa yang notabene tidak menduduki bangku sekolah. Dalam hal ini, orang dewasa sebagai siswa dalam kegiatan belajar tidak dapat diperlakukan seperti anak-anak didik biasa yang sedang duduk di bangku sekolah tradisional. Oleh sebab itu, harus dipahami bahwa, orang dewasa yang tumbuh sebagai pribadi dan memiliki kematangan konsep diri bergerak dari ketergantungan seperti yang terjadi pada masa kanak-kanak menuju ke arah kemandirian atau pengarahan diri sendiri. Kematangan psikologi orang dewasa sebagai pribadi yang mampu mengarahkan diri sendiri ini mendorong timbulnya kebutuhan psikologi yang sangat dalam yaitu keinginan dipandang dan diperlakukan orang lain sebagai pribadi yang mengarahkan dirinya sendiri, bukan diarahkan, dipaksa dan dimanipulasi oleh orang lain. Dengan begitu apabila orang dewasa menghadapi situasi yang tidak memungkinkan dirinya menjadi dirinya sendiri maka dia akan merasa dirinya tertekan dan merasa tidak senang. Karena orang dewasa bukan anak kecil, maka pendidikan bagi orang dewasa tidak dapat disamakan dengan pendidikan anak sekolah. Perlu dipahami apa pendorong bagi orang dewasa belajar, apa hambatan yang dialaminya, apa yang diharapkannya, bagaimana ia dapat belajar paling baik dan sebagainya (Lunandi, 1987). Pemahaman terhadap perkembangan kondisi psikologi orang dewasa tentu saja mempunyai arti penting bagi para pendidik atau fasilitator dalam menghadapi orang dewasa sebagai siswa. Berkembangnya pemahaman kondisi psikologi orang dewasa semacam itu tumbuh dalam teori yang dikenal dengan nama andragogi. Andragogi sebagai ilmu yang memiliki dimensi yang luas dan mendalam akan teori belajar dan cara mengajar. Secara singkat teori ini memberikan dukungan dasar yang esensial bagi kegiatan pembelajaran orang dewasa. Oleh sebab itu, pendidikan atau usaha pembelajaran orang dewasa memerlukan pendekatan khusus dan harus memiliki pegangan yang kuat akan konsep teori yang didasarkan pada asumsi atau pemahaman orang dewasa sebagai siswa.
Kegiatan pendidikan baik melalui jalur sekolah ataupun luar sekolah memiliki daerah dan kegiatan yang beraneka ragam. Pendidikan orang dewasa terutama pendidikan masyarakat bersifat non formal sebagian besar dari siswa atau pesertanya adalah orang dewasa, atau paling tidak pemuda atau remaja. Oleh sebab itu, kegiatan pendidikan memerlukan pendekatan tersendiri. Dengan menggunakan teori andragogi kegiatan atau usaha pembelajaran orang dewasa dalam kerangka pembangunan atau realisasi pencapaian cita-cita pendidikan seumur hidup dapat diperoleh dengan dukungan konsep teoritik atau penggunaan teknologi yang dapat dipertanggung jawabkan. Salah satu masalah dalam pengertian andragogi adalah pandangannya yang mengemukakan bahwa tujuan pendidikan itu bersifat mentransmisikan pengetahuan. Tetapi di lain pihak perubahan yang terjadi seperti inovasi dalam teknologi, mobilisasi penduduk, perubahan sistem ekonomi, dan sejenisnya begitu cepat terjadi. Dalam kondisi seperti ini, maka pengetahuan yang diperoleh seseorang ketika ia berumur 21 tahun akan menjadi usang ketika ia berumur 40 tahun. Apabila demikian halnya, maka pendidikan sebagai suatu proses transmisi pengetahuan sudah tidak sesuai dengan kebutuhan modern (Arif, 1994).
Oleh karena itu, tujuan dari kajian/tulisan ini adalah untuk mengkaji berbagai aspek yang mungkin dilakukan dalam upaya membelajarkan orang dewasa (andragogi) sebagai salah satu alternatif pemecahan kependidikan, sebab pendidikan sekarang ini tidak lagi dirumuskan hanya sekedar sebagai upaya untuk mentransmisikan pengetahuan, tetapi dirumuskan sebagai suatu proses pendidikan sepanjang hayat (long life education).

 

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.            Mengetahui apa itu pendidikan orang dewasa (Andragogy)
2.            Metode pembelajaran orang dewasa
3.            Model pembelajaran orang dewasa

1.3 TUJUAN

Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan menambah pengetahuan tentang model pembelajaran apa saja yang sesuai untuk pembelajaran orang dewasa serta metode apa saja yang bisa diterapkan bagi pembelajaran orang dewasa. Orang dewasa juga memerlukan pembelajaran, agar orang dewasa tersebut tidak ketinggalan jaman dan bisa meningkatkan kualitas hidupnya kearah yang lebih maju.
Manfaat dari makalah ini yaitu banyak sekali salah satunya yaitu bisa membantu orang dewasa dalam memahami materi pembelajaran dan dapat mengajak orang dewasa untuk mau belajar lagi, karena belajar mempunyai manfaat yang baik seperti bisa meningkatkan kualitas hidup orang dewasa tersebut dan tidak ketinggalan jaman.



BAB II

PEMBAHASAN


2.1 PENGERTIAN ANRAGOGY

Andragogi (andragogy) berasal dari kata Yunani “ aner” atau “andr”, berarti orang dewasa dan agogi. Agogi (Agogy) berasal dari kata Yunani “Agogus” yang berarti “memimpim/membimbing”. Agogi berarti “aktivitas memimpin/ membimbing” atau “seni dan ilmu memimpin/membimbing”, atau “seni dan ilmu mempengaruhi orang lain”. Pedagogi (pedagogy) berasal dari kata Yunani “Paid” (berati anak) dan “Agogus” (berarti “memimpin”). Pedagogi berarti “seni dan ilmu mengajar anak-anak”. John D. Ingalls memberi batasan pengertian andragogi sebagai :Proses pendidikan membantu orang dewasa menemukan dan menggunakan penemuan-penemuan dari bidang-bidang pengetahuan yang berhubungan dalam latar sosial dan situasi pendidikan untuk mendorong pertumbuhan dan kesehatan individu, organisasi, dan masyarakat. Menurut Knowles (1977:38), “ Andragogy is therefore, the art and science of helping adults learn”. Andragogi adalah suatu ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar. Dilihat dari segi epistemologi, andragogi berasal dari bahasa Yunani dengan akar kata:”Aner” yang artinya orang untuk membedakannya dengan “paed” yang artinya anak. Knowles dalam bukunya “ The modern practice of Adult Education”, mengatakan bahwa semula ia mendefinisikan andragogi sebagai seni dan ilmu membantu orang dewasa belajar. Kemudian setelah melihat hasil eksperimen banyak pendidik yang menerapkan konsep andragogi pada pendidikan anak-anak dan menemukan bahwa dalam situasi-situasi tertentu memberikan hasil yang lebih baik, Knowles melihat bahwa andragogi sebenarnya merupakan model asumsi yang lain mengenai pembelajaran yang dapat digunakan di samping model asumsi pedagogi. Ia juga mengatakan model-model itu berguna apabila tidak dilihat sebagai dikhotomi, tetapi sebagai dua ujung dari suatu spektrum, dimana suatu asumsi yang realistik pada situasi yang berada di antara dua ujung tersebut.
Knowles menegaskan adanya perbedaan antara belajar bagi orang dewasa dengan belajar anak-anak dilihat dari segi perkembangan kognitif mereka. Menurut Knowles dalam WWW.DELIVERY.COM (2002) ada empat asumsi utama yang membedakan andragogi dan pedagogi, yaitu:
a.       Perbedaan dalam konsep diri, orang dewasa memiliki konsep diri yang mandiri dan tidak bergantung bersifat pengarahan diri.
b.      Perbedaan pengalaman, orang dewasa mengumpulkan pengalaman yang makin meluas, yang menjadi sumber daya yang kaya dalam keaddan belajar.
c.       Kesiapan untuk belajar, orang dewasa ingin mempelajari bidang permasalahan yang kini mereka hadapi dan anggap relevan.
d.      Perbedaan dalam orientasi ke arah kegiatan belajar,orang dewasa orientasinya berpusat pada masalah dan kurang kemungkinannya berpusat pada subyek.

Asumsi asumsi pokok di atas menimbulkan berbagai implikasi yang berkaitan dengan penerapan strategi pembelajaran. Secara umum strategi pembelajaran orang dewasa lebih menekankan pada permasalahan yang dihadapi (problem centered orientation). Knowles mengajukan asumsi bahwa orang dewasa dapat belajar. Kalaupun ada orang dewasa yang mengeluh tidak dapat lagi belajar, orang dewasa yang bersangkutan kurang percaya pada kemampuan dirinya untuk belajar. Menurut hasil penelitian, kemampuan belajar bagi orang dewasa yang berkurang hanyalah kecepatan belajarnya, bukan daya kecerdasannya. Kemunduran kecepatan belajar tersebut ada kaitannya dengan pertambahan usia yang mengakibatkan beberapa unsur fisiologis seperti ketajaman pendengaran dan penglihatan.



Empat konsep yang membedakan pedagogi dan andragogi, menurut Malcolm Knowles :
Pedagogi
Andragogi
1.
Konsep diri (self-cocept) Anak ialah pribadi yang tergantung. Hubungan pelajar dengan pengajar merupakan hubungan yang bersifat pengarahan (a directing relationship)
Si pelajar bukan pribadi yang tergantung, tetapi pribadi yang telah masak secara psikologis. Hubungan pelajar dengan pengajar merupakan hubungan saling membantu yang timbal balik (a helping relationship)
2.
Pengalaman Pengalaman pelajar masih sangat terbatas, karena itu dinilai kecil dalam proses pendidikan. Komunikasi satu arah dari pendidik kepada pelajar.
Pengalaman pelajar orang dewasa dinilai sebagai sumber belajar yang kaya. Multi komunikasi oleh semua peserta, pengajar maupun pelajar.
3.
Kesiapan belajar Pendidik menentukan apa yang akan dipelajari, bagaimana dan kapan belajar.

Pelajar menentukan apa yang mereka perlu pelajari berdasarkan pada persepsi mereka sendiri terhadap tuntutan situasi sosial mereka
4.
Perspektif waktu dan orientasi terhadap belajar. Diajarkan bahan yang dimaksudkan untuk digunakan di masa yad. Pendekatanya “subject centered”.
.
 Belajar merupakan proses untuk penemuan masalah dan pemecahan masalah pada saat itu juga. Pendekatanya “problem centered”.









2.2  Metode pembelajaran orang dewasa

            Dalam pembelajaran orang dewasa banyak metode yang diterapkan. Untuk keberhasilan pembelajaran semacam ini, apa pun metode yang diterapkan seharusnya mempertimbangkan faktor sarana dan prasarana yang tersedia untuk mencapai tujuan akhir pembelajaran, yaitu agar peserta didik dapat memiliki suatu pengalaman belajar yang bermutu. Merupakan suatu kekeliruan besar jika dalam hal ini, pembimbing secara kurang wajar menetapkan pemanfaatan metode hanya karena faktor pertimbangannya sendiri, yaitu menggunakan metode yang dianggapnya paling mudah, atau hanya disebabkan oleh keinginannya agar dikagumi oleh peserta di kelas itu, ataupun mungkin ada kecenderungan hanya menguasai satu metode tertentu saja (supriadi, 2006). Penetapan pemilihan metode yang tepat seharusnya mempertimbangkan aspek tujuan yang ingin dicapai, yaitu mengacu pada garis besar program pembelajaran yang dibagi menjadi dua jenis.
1.      Proses pembelajaran yang dirancang untuk mendorong orang dewasa mampu menata dan mengisi pengalaman baru dengan berpedoman pada masa lalu yang pernah dialami. Serta mampu memberi wawasan baru bagi masing-masing individu untuk dapat memanfaatkan apa yang sudah diketahuinya. Contoh: latihan keterampilan melaui tanya jawab, wawancara, konsultasi, latihan kepekaan, dan lain-lain,
2.      Proses pembelajaran yang dirsancang untuk meningkatkan transfer pengetahuan baru, pengalaman baru, dan keterampilan baru sehingga dapat mendorong masing-masing individu dewasa guna meraih semaksimal mungkin ilmu penetahuan yang diinginkanya, apa yang menjadi kebutuhanya, serta keterampilan yang diperlukan. Contoh: belajar dengan menggunakan program komputer yang dibutuhkan di tempat mereka bekerja.
Metode pembelajaran kuliah, seminar/diskusi/ presentasi, praktikum/ studi lapangan, computer aidedlearning, dan belajar mandiri hasilnya akan kurang optimal jika tidak berfokus pada kompetensi yang akan dicapai oleh peserta didik. Unsur-unsur lain yang perlu diperhatikan dalam memilih metode pembelajaran adalah sarana/prasarana, bahan kajian atau materi ajar, serta tingkat kemampuan mahasiswa. Terdapat beragam model pembelajaran dengan pendekatan student centre learning yang bisa diaplikasikan seperti small group discussion, role play and simulation, case study, discovery learning (DL), self directed learning (SDL), cooperative learning (CL), collaborative learning (CbL), contextual instruction (CI), project based learning (PjBL), dan problem based learning (PBL).
     Dalam menetukan metode pembelajaran yang sesuai, maka perlu dilakukan kajian mendalam terhadap kebutuhan peserta didik dengan mengintegrasikan konsep andragogi di atas, berikut ini uraian ringkas beberapa ciri model pembelajaran di atas.
Model Belajar
Hal yang Dilakukan Peserta Didik
Hal yang Dilakukan Pengajar
Small Group Discussion
         ·            Membentuk kelompok (5-10 orang).
         ·            Memilih bahan diskusi.
         ·            Mempresentasikan makalah dan mendiskusikannya di kelas.
         ·            Membuat rancangan diskusi.
         ·            Menjadi moderator sekaligus mengulas hasil diskusi mahasiswa pada setiap akhir sesi.
Simulasi
         ·            Mempelajari dan menjalankan suatu peran yang ditugaskan kepadanya.
         ·            Mempraktikkan/mencoba berbagai model (komputer) yang telah disiapkan.
         ·            Merancang situasi/ kegiatan yang mirip dengan yang sesungguhnya, bisa berupa bermain peran, model komputer, atau berbagai latihan simulasi.
         ·            Membahas kinerja mahasiswa
Discovery learning
         ·            Mencari, mengumpulkan, dan menyusun, informasi yang ada untuk mendeskripsikan suatu pengetahuan.
         ·            Menyediakan data atau petunjuk (metode) untuk menelusuri suatu pengetahuan yang harus dipelajari oleh mahasiswa.
         ·            Memeriksa dan memberi ulasan terhadap hasil belajar mandiri mahasiswa.
Self-Direct Learning
         ·            Merencanakan kegiatan belajar, melaksanakan, dan menilai pengalaman belajarnya sendiri.
         ·            Sebagai fasilitator.
Cooperative learning
         ·            Membahas dan menyimpulkan masalah/ tugas yang diberikan dosen secara berkelompok.
         ·            Merancang dan memantau proses belajar dan hasil belajar kelompok mahasiswa.
         ·            Menyiapkan suatu masalah/kasus atau bentuk tugas untuk diselesaikan oleh mahasiswa secara berkelompok.
Collaborative Learning
         ·            Bekerja sama dengan anggota kelompoknya dalam mengerjakan tugas.
         ·            Membuat rancangan proses dan  bentuk penilaian berdasarkan konsensus kelompoknya sendiri.  
         ·            Merancang tugas yang bersifat open ended
         ·            Sebagai fasilitator dan motivator.
Cotextual Instruction
         ·            Membahas konsep (teori)berkaitan dengan situasi nyata.
         ·            Melakukan studi lapangan/terjun di dunia nyata untuk mempelajari kesesuaian teori.
         ·            Menjelaskan bahan kajian yang bersifat teori dan mengaitkanya dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari, kerja profesional, manajerial, atau entrepreneurial.
         ·            Menyusun tugas untuk studi mahasiswa terjun ke lapangan.
Project Based Learning
         ·            Mengerjakan tugas (berupa proyek) yang telah dirancang secara sistematis.
         ·            Menunjukkan kinerja dan mempertanggungjawabkan hasil kerjanya di forum.
         ·            Merancag suatu tugas (proyek) yang sistematis agar mahasiswa belajar pengetahuan dan keterampilan melalui proses pencarian/ penggalian (inquiry) yang terstruktur dan kompleks.
         ·            Merumuskan dan melakukan proses pembimbingan.
Problem Based Learning
         ·            Belajar dengan menggali/ mencari informasi (inquiry) serta memanfaatkan informasi tersebut untuk memecahkan masalah faktual atau yang dirancang oleh dosen.
         ·            Merancang tugas untuk mencapai komptensi tertentu.
         ·            Membuat petunjuk (metode) untuk mahasiswa dalam mencari pemecahan masalah yang dipilih oleh mahasiswa sendiri atau yang diterapkan.


     Agar dapat memberikan pengajaran yang optimal, maka kita perlu memahami karakter dari peserta didik dewasa seperti yang dijelaskan di bawah ini.
1.            Orang dewasa mempunyai pengalaman yang berbeda-beda.
2.            Orang dewasa lebih suka menerima saran daripada digurui.
3.            Orang dewasa lebih memberikan perhatian pada hal-hal yang menarik bagi mereka dan menjadi kebutuhanya.
4.            Orang dewasa lebih suka dihargai daripada diberi hukuman atau disalahkan.
5.            Orang dewasa yang pernah mengalami putus sekolah, mempunyai kecenderungan untuk menilai lebih rendah kemampuan belajarnya.
6.            Apa yang bisa dilakukan orang dewasa menunjukkan tahap pemahamannya.
7.            Orang dewasa secara sengaja mengulang hal yang sama.
8.            Orang dewasa suka diperlakukan dengan kesungguhan itikad yang baik, adil, dan masuk akal.
9.            Orang dewasa sudah belajar sejak kecil tentang cara mengatur hidupnya, oleh karena itu, mereka lebih cenderung tidak mau bergantung pada orang lain.
10.        Orang dewasa menyukai hal-hal yang praktis.
11.        Orang dewasa membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat akrab dan menjalin hubungan dekat dengan teman baru.

Keberhasilan andragogi juga ditentukan oleh kemampuan pengajar dalam menciptakan suasana kelas yang kondusif. Keyakinan pengajar akan potensi manusia dan kemampuan semua peserta didik untuk belajar dan berprestasi merupakan hal yang penting yang perlu diperhatikan. Pengajar harus memahami bahwa perasaan dan sikap peserta didik akan terlibat dan berpengaruh kuat pada proses belajarnya. Secara umum karakteristik pengajar pada oarang dewasa diantaranya sebagai berikut.
1.            Menjadi bagian dari kelompok yang diajar.
2.            Mampu menciptakan iklim yang kondusif untuk belajar mengajar.
3.            Mempunyai ras tanggung jawab yang tinggi, pengabdian, dan idealisme untuk kerjanya.
4.            Menirukan/mempelajari kemampuan orang lain.
5.            Menyadari kelemahan, tingkat keterbukan, dan kekuatannya. Mereka tahu bahwa kekuatan yang dimiliki dapat menjadi kelemahan pada situasi tertentu.
6.            Dapat melihat permasalahan dan menetukan pemecahannya.
7.            Peka dan mengerti perasan orang lain melalui pengamatan.
8.            Mengetahui bagaimana menyakinkan dan memperlakukan orang lain.
9.            Selalu optimis dan mempunyai itikad baik terhadap orang lain.
10.        Menyadari bahwa “perannya bukan mengajar, tetapi menciptakan iklim untuk belajar.”
11.        Menyadari bahwa segala sesuatu mempunyai segi positif dan negatif.


2.3 Model Pembelajaran Orang Dewasa


Dalam pembelajaran orang dewasa mengacu pada karakteristik yang melekat sebagai pelajar. Berbagai model pembelajaran yang sesuai untuk digunakan, diantaranya model pembelajaran:

2.3.1 Model Daur Pengalaman Berstruktur dan Analisis Peran,

Yaitu model pembelajarn analisis dan partisipatif. Dengan beberapa tahap, yaitu pengenalan dan penghayatan,mengungkapkan, pengolahan, hingga penyimpulan cara pemecahan masalah, kebutuhan peningkatan mutu program, dan kemampuan menurut pelajar.
Merujuk pada model pembelajaran ini untuk analisis peran peserta dapat menggunakan metode ATMAP (Arah, Terapan, Masalah dan Peran). ATMAP yaitu upaya peningkatan kemampuan analisis dan sekaligus penghayatan peserta terhadap perannya dalam menyelenggarakan program dalam masyarakat. Aplikasinya berupa:
·         Arah program dan arah tugas
·         Terapan program dan tugas
·         Masalah terapan program dan terapan tugas
·         Alternatif Pemecahan masalah terapan Program dan Terapan tugas
·         Peran petugas

2.3.2 Model Latihan Penyelidikan (Inquiry Training Model)

meliputi lima fase yaitu :
·         Menghadapi pelajar untuk berkonfrontasi dengan situasi teka teki .
·         Fase operasi pengumpulan data untuk verifikasi hakikat objek. Kondisi, miliki dan situasi masalah yang dikumpulkan dari pelajar.
·         Operasi pengumpulan data untuk eksperimentasi meliputi : mengisolasi variable dan kondisi melalui eksperimentasi, mengajukan hipotesis untuk menguji hubungan kausal melalui eksperimen, dimulai dan melanjutkan kegiatan sebelumnya. Mengajarkan bagaimana membuat perencanaan sistematis.
·         Mengumpulkan informasi dengan data dan menjelaskan masalah yang ada dengan tepat.
·         Pengajar dan pelajar bekerjasama menganalisis setiap strategi.


2.3.3 Model Advance Organizer,

yaitu diberikan pengenalan materi terlebih dahulu sebelum memberikan tugas pembelajaran yang tingkat abstraksinya lebih tinggi. Hal ini untuk menjelaskan, mengintegrasikan dan menghubungkan materi dalam tugas pembelajaran dengan materi yang telah dipelajari.
Advance Organizer umumnya didasarkan pada konsep dan aturan disiplin. Dan dikaitkan dengan materi yang bersifat actual (kurang abstrak) terlebih dahulu. Model ini juga digunakan untuk menyiapkan perspektif baru.
Beberapa fase dalam penerapan Advance Organizer, yaitu :
o   Penyajian advance organizer meliputi kegiatan :
§  Menjelaskn tujuan pembelajaran
§  Menyajikan model pembelajaran, mencakup : identifikasi batasan atribut, pemberian contoh, dan menyediakan berbagai konteks.
o   Penyajian Materi tugas pelajaran :
§  Menyusun urutan materi pelajaran
§  Memberikan perhatian pada pelajar
§  Menyiapkan bahan belajar yang bersifat eksplisit
o   Memperkuat organisasi kognitif
§  Menggunakan prinsip-prinsip rekonsiliasi secara terintegrasi
§  Mengintensifkan pembelajaran penerimaan aktif
§  Berpikir kritis terhadap pengetahuan yang dipelajari.


2.3.4 Pemerolehan Konsep

Yaitu model pembelajaran mencakup penganalisaan proses berpikir dan diskusi mengenai atribut perolehan konsep. 




berikut adalah gambar perbedaan pembelajaran pedagogy dan andragogy
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFwFBdwE6H0-Ki4tVyqUvQdLxvqimQaF8S5ON_gkVW2iOL2xdXnbO5ioW6kK3wdk-fOaYQGWydtVM2ekBJyx2oBtRP0klhw2i7bAi7zvqnka_gA4BhCz8sqQgY2Su6EgGx3MaGNtl_urOe/s1600/peda+n'+andra.jpg




BAB III

PENUTUP


KESIMPULAN

Strategi pembelajaran dapat ditinjau dari ilmu, seni dan keterampilan yang digunakan pendidik dalam membantu (memotivasi, membimbing, membelajarkan dan memfasilitasi) peserta didik dalam belajar. Di samping itu strategi pembelajar dapat dimaknai sebagai prosedur pembelajaran dalam mengelola secara sistematis kegiatan pembelajaran dari beberapa komponen pembelajaran (materi pembelajaran, peserta didik, waktu, alat, bahan, metode pembelajaran, sistem evaluasi) dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi pembelajaran orang dewasa (andragogi) merupakan prosedur yang dilakukan dalam membantu orang dewasa dalam belajar. Dalam belajar, orang dewasa telah memiliki konsep diri yang harus dihargai, memiliki pengalaman yang dapat dijadikan sumber belajar, orientasi belajar diarahkan pada upaya pemenuhan kebutuhan dan peningkatan peran dan status sosial dalam masyarakat.




DAFTARA PUSTAKA


Atwi Suparman. 1996. Desain Instruksional. Jakarta:PAU-PPAI Universitas Terbuka
Sudjana. 2005. Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah Production